Kehadiran anak di keluarga dapat mengubah dinamika keluarga yang mungkin tidak pernah diprediksikan oleh orang tua. Keluarga dapat merasakan kebahagiaan ketika menyaksikan anak mereka tumbuh sehat dan normal, namun disisi lain dapat disikapi berbeda bagi keluarga lainnya, yaitu ketika anak mereka tumbuh dengan gangguan pigmentasi kulit, rambut dan mata yang biasa disebut dengan albino. Albino masuk dalam kategori tunadaksa yang mana albino mengalami masalah dalam alat indera yaitu nystagmus. Salah satu hak penyandang disabilitas adalah kesejahteraan sosial yang mana agar bisa dapat hidup layak dan melaksanakan fungsi sosialnya. Sehingga ketika anak albino mampu untuk melaksanakan fungsi sosialnya maka anak albino mampu memenuhi indikator ketahanan sosial. Terkait ketahanan sosial anak albino, maka dalam prosesnya dilihat dari peran komunikasi keluarga antara orang tua dan anak albino. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pola komunikasi keluarga (termasuk percakapan dan konformitas) dalam ketahanan sosial anak albino pada keluarga di Komunitas Albino Indonesia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Family Communication Pattern (Korner & Fitzpatrick, 2002) dan teori ketahanan sosial (Cahyaningtyas, Anisah et all, 2016). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma post-positivisme. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pola komunikasi keluarga yang bermakna dalam ketahanan sosial anak albino ditunjukkan oleh orientasi konformitas.