Cloud computing merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi. Teknologi ini sudah sangat banyak digunakan dalam sebuah perusahaan untuk membuat sistem dan menjalankan bisnis mereka. Cloud computing yang memiliki arsitektur container akan menampung semua layanan dalam satu sistem. Jika suatu saat sistem tersebut mengalami masalah seperti system down maka semua layanan pada sistem tersebut tidak dapat diakses, otomatis pengguna atau perusahaan tidak dapat melakukan kegiatannya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan proses memindahkan suatu layanan dari satu sistem ke sistem yang lain, proses ini disebut migrasi, dan dengan menggunakan container orchestration solusi tersebut dapat berjalan dengan cepat karena dalam container orchestration terdapat controller yang memungkinkan perpindahan layanan dari satu container ke container yang lain. Proses migrasi di container orchestration akan dilakukan dengan menggunakan metode Self Healing. Metode ini yang akan membantu proses migrasi dalam container orchestration. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan container orchestration mana yang lebih cepat dalam proses migrasi. Melalui pengujian sebanyak sepuluh kali dapat disimpulkan bahwa Kubernetes lebih cepat dalam menjalankan proses migrasi dengan metode self healing.