Layanan yang berkualitas ditentukan dengan bagaimana sebuah layanan dapat tetap memiliki performansi yang baik atau mampu bekerja secara optimal meskipun terjadi sebuah perubahan, baik perubahan lokasi maupun perangkat yang digunakan oleh layanan tersebut. Namun terkadang proses perpindahan suatu layanan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan Quality of Service (QoS) terutama untuk layanan-layanan yang bersifat kompleks. Maka dari itu, untuk menyederhanakan kompleksitas tersebut dilakukan penggunaan container. Karena container dapat langsung berjalan diatas Sistem Operasi (OS) tanpa menggunakan hypervisor sehingga container lebih bersifat fleksibel secara keseluruhan dibandingkan dengan penggunaan server secara fisik maupun virtual machine.
Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan terhadap penggunaan Linux Container (LXC) dan Docker Container pada proses migrasi layanan saat dilakukan live streaming Real-Time Message Protocol (RTMP) dan saat database MySQL berjalan, dimana performansi kedua container tersebut dinilai dari aspek application downtime, QoS (Throughput, Delay, Jitter dan Packet Loss) serta utilisasi CPU dan Memory. Perbandingan ini dilakukan untuk menentukan container mana yang lebih efektif dalam proses migrasi layanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kedua container tersebut mampu mempertahankan kondisi layanan dinilai dari hasil QoS yang dapat dikategorikan baik. Namun dari segi utilisasi CPU dan Memory, docker memiliki konsumsi CPU dan Memory yang lebih kecil. Begitu juga dilihat dari segi downtime docker memiliki performansi yang lebih baik, dimana migrasi RTMP dengan menggunakan LXC memiliki downtime selama 52.5485s dan pada docker memiliki downtime selama 5.4345s. Sedangkan pada migrasi MySQL, LXC server memiliki downtime selama 35.3939s dan pada docker memiliki downtime selama 36.6957s. Sehingga dapat disimpulkan bahwa docker lebih efektif dalam proses migrasi layanan.
Kata Kunci: Migrasi layanan, LXC, Docker Container