Meningkatnya angka perceraian di Indonesia melahirkan anak broken home, yaitu anak dengan latar belakang orang tua yang bercerai. Tidak sedikit orang yang memberikan labeling negatif pada anak broken home, padahal orang – orang yang mengalminya justru berpikiran sebaliknya. Dalam perceraian, perkawinan itu sendiri akan memiliki makna yang lebih mendalam. Cara tiap individu yang mengalaminya akan membentuk atau mengonstruksikan sebuah pemaknaan sendiri. Konstruksi makna yang akhirnya dibentuk oleh anak broken home itu sendiri akan terbentuk dari pengalaman masing – masing yang mereka alami, sehingga tiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda – beda. Fenomenologi akhirnya membantu para informan dalam memberikan perspektif terhadap sebuah pengalaman. Komunikasi sebagai pertukaran pengalaman akhirnya dilakukan melalui dialog antar penulis dengan anak broken home sebagai informan. Dengan menggunakan metode fenomenologi sebagai metode penelitian kualitatif, serta wawancara yang dilakukan sebagai teknik pengumpulan data, peneliti mendapatkan hasil penelitian, bahwa sudut pandang tiap anak broken home dalam memaknai perkawinan berbeda – beda, baik dalam aspek sosial, aspek budaya, aspek agama, maupun aspek hukum.
Kata Kunci: Broken Home, Perkawinan, Fenomenologi.