Kondisi kekerasan remaja di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Seperti pada data kasus perlindungan anak sepanjang tahun 2019 oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa terdapat 4.368 kasus terhadap anak dengan tingkat kekerasan verbal tertinggi berada pada Provinsi DKI Jakarta. Korban kekerasan verbal didominasi oleh usia pelajar. Seorang anak yang terlalu sering mendapatkan kekerasan verbal dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional pada anak. Dimana hal itu didukung dari lingkup keluarga terutama orang tua. Penelitian ini menggunakan social learning theory untuk mendukung dan memperjelas antarvariabel. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu kekerasan verbal dengan sub variabel intimidasi, mempermalukan dan mencela. Variabel dependen yaitu kepercayaan diri dengan sub variabel yakin atas kemampuan diri, optimis, objektif, rasional dan bertanggungjawab. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif asosiatif dengan teknik pengumpulan data cluster random sampling dengan 384 sampel di Provinsi DKI Jakarta. Dalam analisis data, menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif pada variabel kekerasan verbal diperoleh dimensi intimidasi dengan persentase tertinggi sebesar 41,7%. Pada variabel kepercayaan diri diperoleh dimensi bertanggungjawab dengan persentase tertinggi sebesar 77,7%. Berdasarkan hasil persamaan regresi yaitu Y = 8,989 + (-0,094)X menunjukkan bahwa setiap meningkat satu satuan nilai variabel kekerasan verbal, maka nilai variabel kepercayaan diri mengalami penurunan sebesar -0,094. Dalam uji determinasi, diperoleh besar pengaruh kekerasan verbal terhadap kepercayaan diri sebesar 1,1%. Uji hipotesis penelitian ini diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,034 < 1,966. Artinya, terdapat pengaruh kekerasan verbal orang tua terhadap kepercayaan diri remaja awal usia 12-14 tahun di Provinsi DKI Jakarta.
Kata kunci : Kekerasan verbal, Kepercayaan diri, Remaja