Rasisme merupakan suatu konflik yang diakibatkan oleh perbedaan ras, rasisme
seperti halnya sebagai bentuk merendahkan kelompok/ ras lain yang memiliki
perbedaan sebagai minoritas. Rasisme mengambil bentuk memperlakukan orang lain
secara berbeda dengan menyediakan berdasarkan konsep ras, masyarakat atau self-thinking yaitu gender, agama, bahasa, bukan orientasi seksual adalah faktor penentu
derajat atau status manusia dalam perilaku sosial. Ini adalah diskriminasi sosial hal-hal
yang tidak bisa diberantas sampai sekarang karna kebanyakan orang merasa lebih kuat
dengan apa yang dimilik. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, pengetahuan
manusia mengenai bentuk rasisme dipengaruhi oleh cerita yang disampaikan dalam
sebuah film. Film Srawung lan Tetulung adalah salah satu film pendek yang
menggambarkan tentang Isu rasisme di Yogyakarata yang menampilkan adanya sikap
saling menghargai antar etnis yang berbeda. Film yang menjadi fokus dalam penelitian
ini mengangkat isu rasisme yang berfokus dengan prilaku etnis Jawa terhadap etnis
Papua yang memunculkan prasangka yang di dapat oleh orang Papua yang tinggal di
Yogyakarta. Serta dari film Srawung lan Tetulung mengandung unsur etnosentrisme.
Sehingga Film Srawung lan Tetulung masih menjukan adanya stereotipe dari hasil
tindakan etnosentrisme pada Film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan paradigma kritis dan melalui pendekatan semiotika Ferdinand deSaussure yang
terdiri dari Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui makna penanda dan petanda pada adegan, dialog dan setting dalam Film
Srawung lan Tetulung. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya bentuk rasisme
Individu, Rasisme Ideologi, Rasisme Berbalik dan Rasisme ideologi Etnosentrisme
dalam empat scene yang dipilih oleh peneliti.
Kata Kunci: Presentasi, Rasisme, Film, Semiotika Ferdiand De Saussure