Pengumuman resmi COVID-19 sebagai pandemi di seluruh dunia oleh WHO mendorong pemerintah di masing-masing negara membatasi kontak langsung antar masyarakat untuk meminimalkan penularan penyakit. Efek samping berlakunya pembatasan ini adalah keadaan ekonomi negara menjadi lemah sehingga aktivitas di pasar modal juga berdampak. Dinamika perdagangan di pasar modal dipandang berkaitan dengan rumor dan sentimen pasar yang berasal dari berita. Baik dan buruknya suatu berita mengenai COVID-19 dapat dilihat melalui indeks berita di website RavenPack.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ketergantungan asimetris antara return saham dan berita selama gejolak keuangan saat COVID-19 di indeks SSE 50, SET 50, LQ45, dan STI. Penelitian ini menggunakan metode regresi kuantil dengan return saham sebagai variabel dependen dan indeks berita (indeks panik (the panic index/PI), indeks sensasi media (the media hype index/HY), indeks berita bohong (the fake news index/FNI), indeks sentimen negara (the country sentiment index/CSI), indeks infodemik (the infodemic index/CTI), dan indeks liputan media (the media coverage index/MCI)), Credit Default Swap (CDS) rate pada obligasi 5 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, dan harga penutupan harian emas sebagai variabel independen.
Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu menemukan bahwa indeks berita RavenPack, Credit Default Swap (CDS) rate pada obligasi 5 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, dan harga penutupan harian emas selama hari kerja di periode 3 Januari 2020 – 30 Oktober 2020 tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham di indeks SSE 50, SET 50, LQ45, dan STI baik secara simultan maupun parsial.