Integrasi antar pasar saham ini menjadi faktor penting bagi para investor yang melakukan investasi internasional. Seorang investor yang melakukan investasi internasional berarti investor tersebut melakukan diversifikasi pada beragam jenis aset yang mana diharapkan akan memiliki risiko dan return portofolio yang baik bagi investor. COVID-19 yang berawal dari Wuhan, China pada akhir Desember 2019 tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat secara global saja, namun COVID-19 juga menggerus perekonomian global.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya kointegrasi antara bursa saham Cina dengan bursa saham Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antar bursa-bursa saham yang menjadi objek penelitian.
Fenomena pada penelitian ini diteliti menggunakan pendekatan kointegrasi sehingga dapat menganalisis integrasi bursa saham. Penelitian ini menggunakan data indeks harga saham penutupan harian pada periode 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2020. Metode analisis data dilakukan dengan Uji Kointegrasi dengan menggunakan Uji Unit Root Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Uji Kointegrasi Engle-Granger.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bursa Saham Cina (SSECI) tidak terkointegrasi dengan Bursa Saham Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filiphina, dan hanya terkointegrasi dengan Bursa Saham Singapura. SSECI terkointegrasi dengan Bursa Saham Singapura pada tangka signifikansi 5% dan 10%, juga terkointegrasi dengan Bursa Saham Malaysia pada tingkat singnifikansi 10%. Sedangkan untuk Bursa Saham Indonesia, Thailand dan Filiphina, Bursa Saham Cina tidak terkointegrasi pada tingkat 1%, 5% dan 10%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pihak-pihak berkempentingan untuk mengetahui hubungan jangka panjang antar bursa-bursa saham tersebut terutama untuk menyesuaikan dengan kondisi yang diberikan oleh COVID-19. Penulis menyarankan penelitian ini dapat dikembangkan sehingga tidak hanya meneliti kointegrasi Bursa Saham Cina dengan ASEAN 5 namun juga antara negara ASEAN 5 itu sendiri. Peneliti juga menyarankan untuk dilakukannya analisa lebih mendalam terkait penyebab suatu bursa saham dapat atau tidak dapat terkointegrasi dengan bursa saham lainnya sehingga hasil penelitian ini dapat lebih baik lagi.
Kata Kunci: Kointegrasi, Augmented Dickey-Fuller (ADF), Uji Kointegrasi Engle-Granger, Bursa Saham China, Bursa Saham ASEAN, Diversifikasi Internasional, COVID-19