PT. LBE menjadi salah satu perusahaan pemasok listrik untuk PLN pembangkit
Jawa-Bali. Kebutuhan listrik yang semakin meningkat dikarenakan juga oleh
pertumbuhan ekonomi, PT. LBE dituntut agar dapat memenuhi kebutuhan listrik
sesuai dengan permintaan dari PLN. Agar hal tersebut dapat terpenuhi, PT. LBE
harus selalu dalam keadaan yang baik agar dapat memproduksi sesuai dengan
permintaan konsumen. Untuk meminimalkan kerugian yang ditanggung oleh
perusahaan akibat tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen diperlukan kegiatan
perawatan yang baik. Salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan perawatan dapat
dengan miningkatkan nilai Reliability, Availability, Maintainability dari sistem
produksi itu sendiri serta nilai Safety yang terdapat pada perusahaan. Data-data
berupa Mean Time to Failure (MTTF), Mean Time to Repair (MTTR). Mean Down
Time (MDT) diperlukan untuk mengukur kinerja sistem yang ada diperusahaan.
Untuk mengukur nilai safety dapat dengan menggunakan nila MTTF. Pengukuran
nilai safety ini sendiri berdasarkan dengan standar Internasional yaitu IEC 65108.
Reliability Block Diagram (RBD) digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar
subsistem kritis. Penggambaran RBD untuk subsitem kritis mesin C2 Conveyor Belt
digambarkan secara seri, karena setiap subsistem satu dengan yang lainnya saling
berkaitan. Hasil pengolahan data dari Reliability, Avaiability, Maintainability,
Safety (RAMS) analysis, didapatkan hasil untuk nilai Reliability system sebesar
77,06 % pada t=72 kemudian ketiga subsistem kritis memiliki nilai maintainability
sebesar 100% pada t=9,5 jam, untuk Avaiability system terdapat 2 aspek
pengukuran yaitu inharent avaiability (Ai) memiliki nilai 99,60% dan operational
availability (Ao) memiliki nilai 99,88%. Sesuai dengan nilai Ai dan Ao seluruh
subsistem kritis berada diatas kriteria Key Performance Indicator karena nilai Ai
dan Ao berada diatas nilai 95%. Untuk level Safety Integirty Level (SIL) berada di
level SIL 1.