Penggunaan warna dalam pemrosesan gambar dimotivasi oleh dua faktor utama. Pertama, warna adalah deskriptor yang kuat yang sering menyederhanakan identifikasi objek dan ekstraksi dari sebuah adegan. Pemrosesan gambar berwarna dibagi menjadi dua bidang utama: pemrosesan penuh warna dan pseudo-warna. Sampai saat ini, sebagian besar pemrosesan gambar warna digital dilakukan pada tingkat warna semu. Namun, dalam dekade terakhir, sensor warna dan perangkat keras untuk memproses gambar warna telah tersedia dengan harga pantas. Hasilnya adalah bahwa teknik pemrosesan gambar penuh warna sekarang digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk penerbitan, visualisasi, dan Internet. Maka sistem pencampuran warna pada industri sablon dibutuhkan guna untuk menjawab kebutuhan mempermudah dan memperlancar proses produksi. Dalam industri sablon, pencampuran warna menggunakan metode yang masih manual, dan juga mata telanjang sebagai pengukur kesamaan warna sungguh sangat tidak efektif dan efisien. Hal tersebut sangat menghambat dalam proses sablon, dan akan menyebabkan hasil yang kurang maksimal. Maka sistem pencampuran warna pada industri sablon dibutuhkan guna untuk menjawab kebutuhan serta mempermudah dan memperlancar proses produksi. Penulis akan merancang sistem pencampuran warna dengan metode klasifikasi KNN (K-Nearest Neighbor). Sistem tersebut akan membutuhkan inputan berupa RGB dan akan dikonversi kedalam kode warna pallete pantone, sehingga para pelaku sablon tidak perlu melakukan pencampuran warna secara manual atau mengira-ngira lagi, tapi sudah dengan data yang pasti. Sistem pencampuran warna menggunakan metode KNN (K-Nearest Neighbor) dapat mencapai tingkat akurasi sebesar 95%. Hal tersebut akan sangat membantu para pelaku sablon baik dari segi ketepatan warna dan juga waktu yang lebih efektif dan efisien.
Kata Kunci : color mixing process, manual screen printing color mapping