Stereotipe gender yang berkembang di masyarakat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kedua gender. Stereotipe gender yang berkembang di masyarakat mengatakan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah lembut dan tidak berdaya. Stereotipe tersebut melahirkan stigma di masyarakat mengenai kepemimpinan perempuan di dunia politil Beberapa masyarakat masih memiliki persepsi bahwa perempuan tidak cocok untuk masuk atau berkarir di dalam bidang politik, khususnya menjadi seorang pemimpin. Salah satu tokoh politisi perempuan sekaligus seorang pemimpin perempuan dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Baiq Isvie Rupaeda berhasil membuktikan bahwa stigma tersebut tidak sepenuhnya benar sehingga dapat mematahkan stereotipe yang berkembang di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peran beliau dalam melakukan aktivitas komunikasi politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi tokoh. Dalam penelitian ini akan melihat beberapa aspek yang dibutuhkan dalam melihat peran pemimpin perempuan dalam aktivitas komunikasi politik, diantaranya (a) retorika politik, (b) agitasi politik, (c) propaganda politik, dan (d) lobi politik. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa peran perempuan sebagai seorang pemimpin dalam aktivitas komunikasi politik sudah dilakukan dengan baik sehingga pesan – pesan komunikasi politik dapat disampaikan dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Kata Kunci: Komunikasi Politik, Kepemimpinan Perempuan, Aktivitas Komunikasi Politik, Stereotipe Gender.