Kawasan industri memerlukan perencanaan yang cermat karena dapat memberi dampak besar pada lingkungan sekitarnya. Masalah yang terjadi di Indonesia adalah fenomena deindustrialisasi negatif. Potensi deindustrialisasi negatif dapat ditekan dengan penentuan lokasi kawasan industri yang optimal. Lokasi penelitian adalah sebagian wilayah utara Provinsi Jawa Barat yang disebut dengan kawasan segitiga rebana.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur bobot variabel penelitian dalam penentuan kawasan industri dengan analisis F-AHP, merancang model penentuan lokasi potensi lokasi kawasan industri dengan analisis SIG, penilaian lokasi kawasan industri di wilayah penelitian dan merancang usulan kebijakan pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi kawasan industri. Penggunaan kombinasi metode SIG dan F-AHP bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan metode AHP untuk mengukur bobot pengaruh variabel penentuan lokasi kawasan industri sehingga memberikan hasil yang lebih signifikan.
Hasil yang diperoleh adalah ketersediaan infrastruktur listrik dengan bobot pengaruh sebesar 15,00%. Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi dengan pengaruh 13,02%, jarak lahan terhadap jalan dan akses 11,76%, penggunaan lahan 11,21%, jarak lahan terhadap fasilitas umum 9,99%, upah tenaga kerja 9,60%, jarak lahan terhadap sungai 8,19%, harga tanah 7,97%, kemiringan lereng sebesar 6,79%, dan jenis tanah 6,43%.
Model ini dapat menjadi model acuan bagi pemerintah dalam menentukan lokasi kawasan industri untuk wilayah Indonesia. Total 3,50% dari luasan wilayah penelitian yang diusulkan untuk kawasan industri. Penentuan lokasi kawasan industri oleh pemerintah harus memperhatikan parameter yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan oleh kebijakan
Kata kunci: Bobot pengaruh, kawasan industri, SIG, F-AHP