Internet of Things memiliki sistem penyimpanan secara terpusat pada database server, jika server down maka database tidak dapat digunakan dan data kemungkinan akan hilang. Terdapat sistem penyimpanan yang memiliki jaringan desentralisasi dan terdistribusi yaitu blockchain. Maka dibuat blockchain yang diterapkan pada penyimpanan data sensor smart energy meter.
Sistem blockchain pribadi dibuat menggunakan framework Ethereum. Data sensor dari PZEM-004T akan dibaca oleh Raspberry Pi 4B dan dikirimkan ke node 1 melalui MQTT. Node 1 akan menyimpan data ke blok. Dua node yang memiliki akun Ethereum yang sama akan memvalidasi blok tersebut. Jika diterima maka blok akan disimpan pada blockchain dan membuat rantai blok baru. Dalam proses penyimpanan memiliki smart contract antar akun Ethereum yang dibuat menggunakan solidity dan diakses menggunakan web3 API. Data yang berhasil disimpan akan ditampilkan ke web pengguna. Agar proses request dan respon web baik, maka digunakan Flask untuk menampilkan data ke web pengguna.
Berdasarkan hasil pengukuran performa protokol mQTT dan sistem blockchain jika dibandingkan dengan database tradisional, maka blockchain kurang cepat dalam proses penyimpanan karena terdapat proses transaksi dan verifikasi data. Namun jika diterapkan pada data smart energy meter tidak masalah karena waktu yang diperlukan untuk proses penyimpanan maksimal 1 menit saja cukup. Jumlah node dan ukuran data atau blok tidak mempengaruhi kinerja algoritma konsensus proof of authority karena yang mempengaruhi kinerja konsensus adalah CPU dan kualitas jaringan pada masing-masing node. Selain itu adanya proses lain selain mining yaitu proses Flask dan MQTT. Serta sistem blockchain dan sistem smart energy meter ini dijalankan pada virtualmachine yang menggunakan sebagian performa CPU dari host OS penulis.