Wabah Covid-19 pertama kali ditetapkan pemerintah muncul di Inonesia pada awal Maret tahun 2020, yang kemudian sampai kini diubah statusnya menjadi pandemi. Covid-19 ini merupakan sebuah virus yang menyebabkan penyakit menular dimana penderitanya mengalami gejala-gejala tertentu. Muncul fenomena dimana masyarakat menjadi skeptis dan mempunyai stigma negatif terhadap penyakit dan bahkan terhadap orang yang terjangkit virus ini sekalipun orang itu sudah sembuh (penyintas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri penyintas Covid-19 khususnya yang dirawat di Rumah Sakit Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang dalam menghadapi stigma negatif dan bagaimana kedudukannya di masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dengan indikator orang lain (significant others) dan kelompok rujukan (reference group) sebagai acuan dasar dalam mengetahui proses pembentukan konsep diri penyintas. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan menggunakan paradigma konstruktivis dengan tujuan mengasumsikan bahwa pemahaman dan interpretasi makna dapat diturunkan dari konstruksi sosial. Teknik pengumpulan data dan analisis data adalah dengan melakukan wawancara dengan para penyintas Covid-19. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa konsep diri yang terbentuk kedalam penyitas Covid-19 adalah membatasi interaksionisme simbolik yang terjadi di kelompok rujukan dan orang lain. Hal ini dirasakan oleh hampir semua informan kunci yang menyatakan bahwa, banyak masyarakat yang belum mengerti menangani covid-19. Media juga berpengaruh besar dalam stigma yang ditanamkan oleh masyarakat kepada pasien covid dan penyitas Covid-19.
Kata Kunci: Konsep Diri, Penyintas, Covid-19, Interaksionisme Simbolik