Gangguan jiwa adalah situasi dimana terjadinya gangguan atau penyakit seperti Gangguan afektif bipolar, Kecemasan, Demensia, Skizofrenia, gangguan perkembangan perilaku, dan kemampuan intelektual yang biasanya terjadi dimulai pada masa kanak-kanak serta remaja termasuk autism (WHO, 2013). Masalah kejiwaan yang juga sering terjadi adalah bipolar, terdapat 60 juta orang di dunia terkena Bipolar. Dalam artikel yang berjudul “Faktor Risiko Bunuh diri Pada Pasien Bipolar”, Nurmiati Amir sebagai dokter spesialis kedokteran jiwa mengungkapkan, terdapat 25-60% orang dengan gangguan bipolar pernah melakukan tindakan percobaan bunuh diri satu kali dalam hidupnya. Dan terdapat kematian akibat bunuh diri sebanyak 15-20%, ini bagi yang tidak tertolong. Dengan mengetahui faktor risikonya, setidaknya orang-orang terdekat diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya bunuh diri. Nurmiati juga menjelaskan, percobaan bunuh diri ini dilakukan oleh pasien saat berada dalam fase depresi. Terdapat sebuah penelitian yang mengatakan hanya 17% Orang Dengan Bipolar (ODB) di Indonesia yang menjalani pengobatan secara intensif dan sekitar 17-20% melakukan aksi bunuh diri. Selain obat-obatan, peran keluarga serta teman terdekat sangat berpengaruh bagi ODB berdamai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal antara orangtua dengan orang pengidap bipolar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Kemudian penelitian ini menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data, lalu peneliti mendapatkan hasil dimana komunikasi interpersonal seperti adanya keterbukaan, empati, rasa positif, dukungan serta kesetaraan yang akhirnya bisa mempengaruhi fungsi pengambilan keputusan orang dengan bipolar dalam mengkonsumsi obat.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, orangtua, anak, bipolar, bunuh diri