Dunia perfilman Indonesia terlahir setelah diperkenalkannya seni gambar bergerak pada masa penjajahan Belanda tahun 1900-an, dan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan inipun beriringan juga dengan perkembangan kebudayaan yang sangat berpengaruh pada pembuatan film. Hal ini dikarenakan sebuah film dapat menceritakan lebih dari sekedar plot yang ingin disampaikan. Sebuah film dapat menceritakan latar belakang pembuatan film secara langsung maupun tidak langsung, artinya perkembangan sosial dan budaya juga dapat terlihat dari latar belakang yang diperlihatkan pada tema dan cerita filmnya. Hal ini menjadikan film sebagai salah satu bukti jejak kehidupan masyarakat Indonesia yang perlu di lestarikan sebagai dokumentasi sejarah sosial, yang membuat sebuah museum film Indonesia menjadi hal yang logis untuk dirancang. Tidak hanya untuk melestarikan, juga untuk memotivasi generasi selanjutnya untuk bisa lebih mengapresiasi dan berperan aktif terhadap perkembangan dunia film Indonesia sebagai sebuah industri kreatif yang sedang berkembang. Perlu diingat juga hubungan erat dunia perfilman dengan perkembangan teknologi. Meski tidak mempengaruhi proses storytelling secara langsung, dunia perfilman semakin bergantung kepada teknologi untuk menciptakan pengalaman imersif yang lebih baik bagi penonton. Hal ini dapat diimplementasikan pada proses perancangan desain interior, yang mana teknologi dapat digunakan pada elemen interaktif maupun non interaktif agar lebih berkesan sehingga dapat menyampaikan tujuan museum kepada pengunjung secara lebih efektif, juga sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar.