ABSTRAK
Tradisi malamang atau membuat lemang merupakan suatu tradisi yang telah tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra Barat, tepatnya masyarakat suku Minangkabau. Tradisi malamang menjadi suatu keharusan bagi masyarakat di Sumatra Barat, khususnya daerah pesisir seperti Padang Pariaman yang mayoritas menganut agama islam. Malamang diadakan setiap tahun pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di beberapa daerah, malamang dilakukan pada kegiatan kematian, seperti mendoa tujuh hari, empat puluh hari, atau seratus hari kematian salah satu anggota keluarga yang meninggal.
Namun seiring berkembangnya zaman, tradisi malamang semakin menghilang dalam masyarakat Minangkabau. Hilangnya ketertarikan masyarakat terhadap tradisi malamang menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai budaya, makna dan pesan yang terkandung dalam tradisi malamang. Hal itu tentu saja berdampak buruk terhadap tradisi malamang yang sekarang tengah dihadapkan oleh perubahan teknologi. Umumnya masyarakat tidak bisa lagi membuat lamang, khususnya generasi muda dan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan berkembang menjadi salah satu faktor mulai ditinggalkannya tradisi malamang. Padahal malamang merupakan salah satu tradisi Minangkabau yang mempunyai nilai dan makna-makna yang mendalam.
Karya akhir ini berupa film dokumenter yang berjudul “GELIAT MALAMANG DI UJUNG ASA” dengan durasi 15 menit. Film dokumenter ini memberikan informasi mengenai nilai dan makna yang terkandung dalam tradisi malamang. Karya akhir ini dibuat berdasarkan teori komunikasi budaya, pewarisan budaya, serta dikemas berdasarkan sinematografi, tata cahaya dan tata suara. Penelitian dalam pembuatan film ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Kata Kunci: Malamang, Nilai dan makna Malamang, Tradisi Sumatra Barat, Film Dokumenter