Salah satu warisan kebanggan bangsa Indonesia adalah kain tenun yang merupakan kain yang banyak dimanfaatkan dalam rancangan busana. Salah satu kain tenun Indonesia adalah kain tenun sengkang. Hal ini dibuktikan dengan beberapa desainer yang menerapkan kain tenun sengkang seperti Ivan Gunawan pada koleksi ‘Femme 2015” dan Elga Naldy pada koleksi “Where Embroidery Meets Fashion” pada tahun 2019. Dari karya–karya tersebut, desainer mampu memperkenalkan kain tenun sengkang sebagai kain tradisional sehingga kain tenun ini mampu meningkatkan minat masyarakat. Tampilan dari rancangan ini berkonsep klasik dengan tampilan lebih kasual dan elegan. Pada dasarnya tenun sengkang yang dibuat dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dengan proses yang begitu panjang perlu dimanfaatkan keterpakaian kriya-nya dengan maksimal sehingga perlu meminimalisir limbah atau kain sisa dari produksinya menggunakan konsep zero waste dengan teknik pola geometris. Dari keterpakaian tenun sengkang yang baik serta harga tenun yang relatif tinggi, maka tenun sengkang ini berpotensi untuk dijadikan busana demi-couture menggunakan metode zero waste fashion design.
Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk mengoptimalkan penggunaan kain tenun sengkang sebagai produk zero waste fashion design dengan meningkatkan keterpakaian dan daya jual dari busana demi couture. Adapun metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan eksplorasi pola zero waste fashion design. Hasil akhir dari penelitian ini adalah rancangan busana demi couture dengan aplikasi kain tenun sengkang menggunakan metode zero waste fashion design.
Kata Kunci : Demi-Couture, Tenun Sengkang dan Zero waste fashion design