Pada bulan Maret tahun 2020 virus Covid-19 sudah masuk dan menyebar ke wilayah Indonesia dan sudah menyebabkan banyak penduduk dari berbagai kota dari Sabang sampai Merauke terkena kasus Covid-19. Tetapi Ketika hampir seluruh kota terpapar virus Covid-19, ada satu tempat yang nihil dari pandemi Covid-19. Tempat itu adalah suku baduy. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peran komunikasi antarbudaya yang terjadi antara suku baduy dengan pihak puskesmas cisimeut. Dimana pihak puskesmas cisimeut selalu rutin memberikan sosialisasi dan edukasi tentang Covid-19 kepada warga suku baduy. Selain itu warga suku baduy juga menggunakan kearifan lokalnya sebagai cara mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19. Melalui hal tersebut, ternyata warga suku baduy dapat nihil dari virus Covid-19 selama 15 bulan lamanya. Maka dari itu, film ini akan memiliki judul “Ketika Baduy Bicara Covid”. Pembuatan film ini menggunakan Teori Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Persuasif, Budaya, Kearifan Lokal, Film, Editing, Tata Cahaya, Tata Suara, dan Sinematografi sebagai pendukungnya. Penulis melakukan metode wawancara dalam melakukan pengumuplan data dan fakta untuk film dokumenter ini. Setelah itu penulis akan olah data tersebut untuk dijadikan sebuah film dokumenter yang berdurasi 15 menit dengan menggunakan resolsui 1920x1080 30 frame per second.
Kata Kunci: Covid-19, Baduy, Film Dokumenter