ABSTRAK
Keluarga harmonis adalah harapan bagi semua orang, memiliki hubungan dan peran
yang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Namun terdapat beberapa keluarga yang
berujung tidak bahagia. Broken home lah yang akan terjadi apabila keutuhan keluarga
yang berakhir, merupakan kondisi awal mulanya luka pada anggota keluarga
khususnya anak. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakutuhan hubungan keluarga dan
memberikan dampak rasa tidak aman, rasa penolakan, sedih, kesepian, marah dan
menyalahkan diri sendiri. Masalah yang sering dialami oleh anak diantaranya tumbuh
dengan penuh rasa luka, mengalami depresi, mengalami keadaan di fase quarter life
crisis yang menyebabkan keadaan anak harus menentukan pilihannya dan bertanggung
jawab atas pilihannya sendiri tanpa adanya kasih sayang diberikan oleh orang tua
seutuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan visualisasi yang terdapat
kondisi depresi dan rasa takut dari dampaknya broken home dalam fase quarter life
crisis serta memberikan dukungan kepada khalayak dengan kondisi serupa.
Kesimpulan yang didapatkan adalah tidak semua keluarga dapat bertahan hingga akhir
masa, terdapat keluarga yang berujung broken home. Perisitiwa ini menjadi awal rasa
luka pada semua yang merasakan khususnya seorang anak. Mereka menjadi sasaran
tepat dari hubungan keluarga yang retak, kehilangan harapan, menghambat
perkembangan dan menjalani hidup dengan rasa kesendirian. Kondisi ini dituangkan
dalam sebuah seni fotografi, menunjukkan bagaimana rasa dari ketakutan, kesepian,
kehilangan dan luka yang mendalam. Sebuah karya penuh ekspresi diri yang anomi
penuh dengan merasa sendiri.
Kata kunci : broken home, quarter life crisis, fotografi.