Saat ini di Kecamatan Nusa Penida hanya dialiri listrik yang bersumber dari
PLTD Kutampi. Rencananya di tahun 2022 akan ditambah sumber listrik yang
berasal dari PLTS. Selain dua pembangkit yang sudah disebutkan, pada penelitian
ini akan menguji opsi menambahkan PLTB. Karakteristik pembangkit renewable
energy yang tidak menentu dan tak bisa diatur, maka digunakan juga sebuah BESS
(Battery Energy Storage System) sebagai power smoothing dan frequency control.
Perencanaan pembangkit hybrid optimal di Nusa Penida ini bertujuan
menaikkan kontribusi renewable energy dan menurunkan COE (Cost of Electricity)
lebih rendah dari COE PLTD eksisting tahun 2018, yaitu 19 cent$/kWh. Serta
menguji kestabilan frekuensi sistem dengan rentang yang diperbolehkan menurut
Grid Code Jawa, Madura, dan Bali yang berkisar antara 49,0 Hz – 51,0 Hz. Adapun
aplikasi yang digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan penelitian ini
adalah HOMER dan DIgSILENT. Dimana HOMER sebagai aplikasi yang
membantu dalam merancang dan menentukan komposisi pembangkit optimal
sesuai dengan LCOE (Levelized Cost of Energy). Sedangkan, DIgSILENT sebagai
aplikasi yang membantu dalam menganalisis kestabilan frekuensi sistem.
Dalam penelitian ini menghasilkan opsi PLTH (Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid) optimal yang berpotensi dapat dibangun di wilayah Kecamatan Nusa
Penida, yaitu PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) berkapasitas 11,9 MW,
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) berkapasitas 3,5 MW, BESS berkapasitas
3 MW, dan PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) berkapasitas 4 MW. Dengan
kestabilan frekuensi sistem yang dihasilkan saat terjadi fluktuasi angin berkisar
antara 49,51 Hz – 50,53 Hz dan cost of electricity yang dihasilkan adalah 9,68
cent$/kWh. Berdasarkan hasil penelitian, maka opsi perencanaan sistem PLTH
optimal ini dapat diterapkan.