Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat adalah salah satu instansi pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan urusan pemerintahan di Provinsi Jawa Barat dalam bidang tanaman, pangan, dan hortikultura. Berdasarkan data sekunder yang ditemukan saat studi pendahuluan, saat ini Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura sedang mengalami permasalahan terkait kinerja pegawainya. Sebagai sektor publik, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura perlu menjaga kinerja pegawai tetap prima sehingga mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien bagi masyarakat. Program kesejahteraan dan motivasi kerja menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui bagaimana gambaran tingkat kesejahteraan; 2) motivasi kerja; dan 3) kinerja pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat; 4) serta mengetahui seberapa besar pengaruh kesejahteraan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat secara simultan dan parsial. Pendekatan yang digunakan pada penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Responden dari penelitian ini adalah pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat sebanyak 118 orang dari total populasi 168 orang. Sampel diperoleh menggunakan metode proportionate stratified random sampling. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode survei melalui penyebaran 50 butir kuesioner yang diukur menggunakan skala likert 5 titik. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linier berganda yang diolah dengan bantuan software IBM SPSS 25. Hasil penelitian menemukan bahwa: 1) tingkat kesejahteraan tergolong cukup baik; 2) tingkat motivasi kerja tergolong tinggi; 3) tingkat kinerja tergolong baik; 4) kesejahteraan (X1) dan motivasi kerja (X2) secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (Y) pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Motivasi kerja memiliki nilai koefisien regresi lebih besar dari kesejahteraan yaitu sebesar 0,415 > 0,309. Hal ini menunjukkan variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja adalah motivasi kerja dibanding kesejahteraan. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,645 yang apabila dipersentasekan menjadi 64,5%, artinya secara bersama-sama variabel kesejahteraan dan motivasi kerja mampu memberikan kontribusi atas perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel kinerja sebesar 64,5%. Sementara sisanya sebesar 35,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.