Penelitian ini berfokus pada remaja yang terjerat hubungan yang tidak sehat dalam pacaran. Toxic relationship merupakan hubungan yang tidak adanya rasa dukungan antara satu sama lainnya, hubungan ini pun mempunyai beberapa faktor yaitu kekerasan emosional, toxic parents, serta kekerasan psikologis secara verbal dan nonverbal. Toxic relationship ini juga dapat mengakibatkan korban melakukan upaya yang menyakitkan diri sendiri, seperti merasa tidak percaya diri, merasa kesepian, merasa takut, bahkan adanya upaya bunuh diri. Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan pada tahun 2017, 2018, 2019 hingga 2020 kekerasan didalam hubungan pacaran tetap menempati posisi kedua setelah kekerasan kepada istri atau dalam rumah tangga. Dampak yang diterima korban setelah mendapati tindakan kekerasan berupa tekanan terhadap psikologis dan fisik. Hal ini pun menyebabkan banyak korban yang mengalami gangguan kesehatan pada mental dan menjadi banyaknya kasus percobaan bunuh diri. Penelitian ini membahas mengenai fenomenologi motif & makna toxic relationship untuk mengetahui apa motif yang terjadi dan bagaimana memaknai hubungan yang tidak sehat. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi motif dan makna. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk kekrasan yang dialami oleh informan menjadi bentuk kekerasan verbal secara lisan dan digital karena tindakan yang dilakukan oleh pasangannya adalah tindakan pembatasan kebebasan. Alasan informan untuk beratahan karna faktor kebiasaan hidup Bersama, rasa sayang besar, takut sendiri, serta ancaman yang diberikan oleh pasangannya.
Kata Kunci: motif, makna, toxic relationship, remaja, komunikasi interpersonal.