Poligami seringkali menimbulkan kontroversi di masyarakat. Terdapat pihak yang mendukung praktik pernikahan ini, akan tetapi ada pula pihak yang menentang praktik pernikahan yang dianggap merugikan perempuan. Dari fenomena tersebut, sineas film di Indonesia turut menampilkan poligami ke layar lebar. Film sebagai representasi realitas tentu akan memberikan sesuatu yang bedampak terhadap pandangan pada poligami dan pihak yang terlibat di dalamnya, salah satunya perempuan. Akan tetapi, beberapa dari film ini membuat perempuan tercitrakan seolah tidak bedaya. Berbeda dengan film “Berbagi Suami” yang merupakan film dengan tema poligami mampu memposisikan perempuan sebagai makhluk yang “berdaya”. Inilah yang kemudian membuat film ini saya jadikan objek penelitian. Tujuan dari penelitian ini agar dapat melihat dan memposisikan perempuan melalui film khususnya yang bertemakan poligami dari sudut padang yang lain, bukan dari sudut pandang sebagai pihak yang tidak berdaya dengan menggunakan sudut pandang teori humanistik. Dengan menggunakan alat analisis tematik pada scene yang terpilih, dapat diidentifikasi tema dan pola dari film “Berbagi Suami”. Hasil penelitian menunjukan bahwa film “Berbagi Suami” yang membentuk citra tokohperempuannya dari fenomena perempuan dan poligami di dunia nyata yang kemudian digabung dengan kepercayaan dan surut pandang sutradara mengenai fenomena tersebut, terbentuklah citra perempuan dalam film ini sesuai dengan teori humanistik.