Industri kerajinan perhiasan filigree di Desa Pampang memiliki proses penciptaan yang dipengaruhi oleh faktor pendekatan ekstraestetik dan intraestetik. Perancangan pada teknik filigree tradisional memiliki citra budaya lokal yang mengandung nilai filosofis dalam simbol-simbolnya yang dapat dimaknai sebagai kekayaan alam, pengembangan karakter dan pilar budaya. Nilai-nilai tersebut meliputi: (1) toleransi; (2) disiplin; (3) kerja keras; (4) mandiri; (5) komunikatif; dan (6) peduli lingkungan. Namun, banyaknya perhiasan modern saat ini menjadi ancaman bagi kerajinan filigree tradisional di Desa Pampang, desain tradisional yang dihasilkan dianggap kurang menarik, sehingga menggeser selera pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan adaptasi perhiasan pada motif tradisional filigree dan perhiasan modern dengan mentransformasikan kedua elemen tersebut sehingga menghasilkan visualisasi dalam bentuk yang baru. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang meliputi kajian literatur, wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta mengembangkan pendekatan inovasi berbasis ATUMICS untuk pembuatan desain. Karena tetap mempertahankan unsur-unsur tradisional yang memiliki nilai-nilai filosofis kehidupan sekaligus memperluas konsep kebaruan yaitu adaptasi unsur-unsur modern, strategi menciptakan inovasi budaya, lebih khusus simbol pada motif tradisional sebagai inspirasi penciptaan desain perhiasan, akan memiliki nilai lebih. Metode ATUMICS meneliti artefak, teknik, kegunaan, bahan, ikon, konsep, dan bentuk saat menggabungkan komponen tradisional dan modern ke dalam desain perhiasan filigree. Dengan begitu akan memperkenalkan item perhiasan modern yang baru dalam desain tradisional, dan akan membantu dalam merevitalisasi budaya Indonesia.