Rumah duka dan krematorium adalah bangunan yang memfasilitasi prosesi kematian dan kremasi terhadap jenazah. Dikarenakan meningkatnya angka minat masyarakat Bandung terhadap proses kremasi diperlukan bangunan rumah duka dan krematorium yang memiliki fasilitas lengkap yang mengacu pada standarisasi serta diperuntukkan untuk masyarakat secara universal. Rumah duka dan krematorium di Bandung perlu menampilkan atmosfer baru dan berbeda dari persepsi negatif masyarakat sebelumnya. Pada peristiwa kematian seseorang, kerabat dan keluarga almarhum akan merasakan kedukaan yang mendalam. Orang yang berduka akan melewati proses yang disebut cycle of acceptance, ikatan emosional antara jenazah dan yang ditinggalkan perlu diperhatikan dalam penerapan psikologi ruang yang mampu turut bersimpati terhadap yang berduka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Menggunakan pendekatan sinematik untuk merancang arsitektur dimana pendekatan tersebut berusaha menangkap respon visual. Pendekatan transenden adalah pendekatan atmosfer ruang yang terdapat 2 unsur yaitu pencahayaan dan keheningan. Dan psikologi ruang merupakan bagian dari kedua pendekatan tersebut. Mengaplikasikan konsep modern natural untuk memberikan kesan alam pada ruangan namun dalam kemasan modern dan minimalis. Tugas akhir ini menamparkan latar belakang, kajian, dan analisa yang mendukung perancangan rumah duka dan krematorium. Diharapkan proposal perancangan ini dapat menjadi solusi dan acuan terkait pengelolaan interior dengan pendekatan psikologi pada rumah duka dan krematorium serta bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.
Kata kunci: perancangan; interior; krematorium; rumah duka; pendekatan transenden; pendekatan sinematik; dan psikologi ruang