Kentalnya budaya berhunian tapak di Kota Jakarta membuat masyarakat khususnya milenial menjadi skeptis terhadap hunian vertikal. Mereka lebih memilih untuk tinggal di pinggiran Jakarta agar bisa menyewa atau menyicil rumah tapak ketimbang tinggal di hunian vertikal di tengah kota. Alasan mereka memandang hunian vertikal sebelah mata berangkat dari pola pikir bahwa rumah tapak adalah hunian ideal untuk milenial. Maka dari itu, masalah ini perlu dianggap serius dan perlu penanganan secepatnya karena makin lama lahan di Jakarta makin sempit dan harga properti makin naik. Untuk turun tangan dan mensosialisasikan perihal manfaat tinggal di hunian vertikal kepada milenial di Jakarta, dibutuhkan sebuah strategi kampanye yang matang. Terlebih, belum ada kampanye dengan topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi lain. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif, sedang model analisis yang digunakan adalah Facets Model of Effects. Hasilnya berupa rancangan kegiatan kampanye dalam bentuk media komunikasi massa, media digital, dan media cetak yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan.
Kata kunci: hunian vertikal, kampanye edukasi, milenial, perancangan kampanye.