Energi nuklir adalah energi yang dihasilkan dari reaksi antarpartikel di dalam inti atom. Sumber energi nuklir yaitu energi ikat pada partikel bebas. Energi nuklir dihasilkan dari sumber energi yang rendah karbon, murah dan aman untuk dimanfaatkan. Bahan baku yang digunakan berupa uranium dan plutonium. Proton dan neutron secara independen adalah partikel bebas, ketika bergabung membentuk satu atom, partikel- partikel ini terikat oleh yang disebut energi ikat. Sebagian dari energi ikat dalam bentuk energi kinetik yang kemudian terdisipasi, dilepaskan dalam proses reaksi fisi menjadi panas di dalam medium bahan bakar yang kemudian menjadi sumber energi nuklir. Pemanfaatan energi nuklir telah diusahakan oleh para ilmuwan sejak awal abad ke-19 Masehi melalui penggunaan reaktor nuklir.
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap. Berbeda dengan bom nuklir, yang reaksi berantainya terjadi pada orde pecahan detik dan tidak terkontrol. Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir.
Nuklir ini pun erat kaitannya dengan radiasi yang dihasilkan oleh energi tersebut. Tubuh manusia yang terpapar radiasi nuklir dosis besar akan mengalami sindrom radiasi akut (ARS) atau keracunan radiasi yang bisa berujung pada kematian. Tingkat keparahan dan gejala yang timbul tergantung kepada seberapa besar radiasi nuklir yang terserap tubuh. Adapun banyaknya penyerapan radiasi tergantung kepada kekuatan energi radiasidan jarak tubuh dengan sumber radiasi. Tanda dan gejala keracunan radiasi nuklir mungkin tidak segera muncul saat tubuh terpapar radiasi nuklir dalam jumlah besar. Gejala mungkin baru akan muncul dalam waktu beberapa jam, hingga berminggu- minggu setelah terpapar radiasi.
Maka dari itu perlu diciptakan suatu sistem yang dapat mengurangi ataupun menghilangkan resiko terdampak oleh radiasi tersebut, terutama bagi orang-orang yang berkutat di sektor pengembangan energi nuklir. Demi memenuhi kebutuhan dan tuntutan diatas penulis mencoba membuat sebuah aplikasi yang dapat mengukur radiasi suatu reaktor nuklir tanpa harus memasuki ruangan reaktor. Aplikasi yang menggunakan basis IoT ini akan membuat para pelaku kegiatan yang berkaitan langsung dengan nuklir dapat melakukan pemantauan secara remote sehingga terhindar dari kemungkinan terpapar radiasi nuklir, namun tetap dapat memonitor dan mendapatkan data yang akurat.
Sistem ini juga dapat mengontrol dan memonitoring tingkat radiasi untuk kemudian memberi peringatan sebagai tindak lanjut. Agar aktivitas dapat dilakukan secara praktis tanpa harus turun langsung ke ruang reaktor. Hasil data tersebut akan tersimpan dalam suatu database dan melakukan pengolahan proses data yang dapat dipantau dengan mudah melalui aplikasi android. Kemudian berdasarkan data yang ditampilkan pada aplikasi tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengambilan tindakan selanjutnya. Sistem ini juga diharapkan dapat membantu peneliatan dan pengembangan yang dilakukan di PSTNT BATAN Bandung.