Sektor pariwisata di Indonesia merupakan aset penting bagi negara, karena sektor pariwisata salah satu sektor yang menyumbang pendapatan devisa terbesar di Indonesia. Sektor pariwisata juga berhubungan dengan bidang akomodasi, seperti perhotelan. Hotel memiliki kewajiban untuk menyediakan fasilitas tertentu bagi tamu berkebutuhan khusus. Namun, keberadaan fasilitas bagi tamu penyandang disabilitas masih perlu ditinjau kembali, oleh karena itu dibutuhkan perhatian lebih agar tamu disabilitas dapat melakukan aktivitas di area hotel dengan nyaman. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Bandung, pada tahun 2019 jumlah penyandang disabilitas di kota Bandung mencapai 1.662 jiwa dan jenis penyandang disabilitas terbanyak ialah penyandang cacat fisik yang mencapai angka 441 jiwa. Penyandang disabilitas fisik seperti pengguna kursi roda membutuhkan akses atau perhatian lebih untuk dapat melakukan aktivitas seperti orang lain. Selain sarana, hambatan lain yang dialami oleh penyandang disabilitas adalah pemerolehan informasi. Kurangnya penyediaan informasi mengenai tempat wisata dan fasilitas apa yang ditawarkan bagi penyandang disabilitas juga merupakan permasalahan yang banyak ditemui di lapangan. Oleh karena itu, Difa Rooms dikembangkan untuk menyediakan informasi aksesibilitas dan mobilitas pada hotel bagi para pengguna kursi roda dan juga dapat berbagi informasi terkait hotel yang ramah disabilitas kepada sesama penyandang disabilitas lainnya. Dengan begitu diperlukan perancangan user interface dan user experience (UI dan UX) yang dapat memberikan informasi aksesibilitas secara efektif dan efisien sehingga dapat menunjang aktivitas para penyandang disabilitas. Perancangan UI dan UX dilakukan menggunakan metode inclusive design dan perlu dilakukannya usability testing. Selain itu, aksesibilitas web juga diuji menggunakan WAVE Tool untuk mengetahui seberapa aksesibel web Difa Rooms.