“Pengukuran Link Budget STO Cengkareng dengan STO Jakarta Internasional Airport dengan menerapkan Dual Homing Node-B” Node broadband base tranceiver service yang melayani Global Switching for Mobile generasi ke tiga atau triple play exiting media transmisinya masih banyak bersifat point to point, sehingga bila terjadi gangguan pada media transmisi layanan langsung terisolir, untuk mengatasi permasalahan tersebut tersebut Langkah innovative para engineer membuat dual homing atau dua sumber yang bekerja secara otomatis, dimana apabila terjadi gangguan pada jalur main maka traffic langsung pindah ke jalur proteksi atau back-up. Dual homing sebuah sistim transmisi terbaru yang di buat oleh telkom yang terhubung dari perangkat gigabit passive optical network ke base tranceiver service node broadband. dual homing merupakan langkah operasi preventif maintenance pada base transceiver service node-b. Untuk menerapkan dual homing diperlukan perhitungan dan pengukuran media transmisi yang digunakan fiber optic yang mengacu pada standar ITU-T G.984.2, parameter yang digunakan untuk menerapkan dual homing yaitu link budget, total redaman yang terjadi pada jalur main maupun proteksi. Alat ban dual homing yaitu switch elektrik yang dibuat oleh para engineer Telkom. Penerapan dual homing banyak diterapkan pada Base Transceiver Service yang berlokasi didaerah sub urban atau perkotaan atau juga base transceiver service platinum atau bats penghasil pendapatan terbesar. Dalam perhitungan link budget hasil yang didapat pada jalur main di STO Jakarta International Airport adalah sebesar +12,25 dB dan pada jalur proteksi di STO Cengkareng sebesar +16,4 dB dari hasil perhitungan semua termasuk kategori memenuhi standar ITU-T G.984.2.