Seiring meningkatnya kebutuhan akan pemakaian bandwidth dan mobilitas yang tinggi saat ini merupakan dua hal yang menjadi tantangan utama untuk Jaringan telekomunikasi selama bertahun-tahun kedepan yang terus diperbincangkan dan terus dikembangkan. Disatu sisi saat ini jaringan telekomunikasi tetap ke rumah-rumah didominasi oleh Jaringan telekomunikasi kabel tetap (fixed wireline) yang menggunakan tembaga sebagai saluran transmisi data. Fixed wireline ini memiliki kekurangan karena dianggap tidak dapat memberikan bandwith dan kecepatan tinggi dibandingkan dengan kabel fiber optik yang dapat menerima dan mengirim data, suara, dan video dengan kecepatan 19MBps-1GBps.
Oleh karena itu divisi akses PT.Telkom menyepakati adanya pembangunan jaringan akses FTTH yang memakai kabel serat optik sampai kerumah-rumah sebagai media transmisinya, Perkembangan teknologi serat optik yang diambil oleh PT.Telkom adalah teknologi PON (Passive Optical Network) dengan menggunakan OLT-GPON sebagai sumberya. Dilihat dari PT.Telkom sebagai penyedia layanan dapat meningkatkan performansi dan akan menjadi lebih efisien, karena bersifat pasif jadi tidak perlu catuan daya, serta akan meringankan perawatan,
Telkom National Operation Support System atau tenoss adalah aplikasi Telkom untuk mengolah data jaringan hingga sampai kepelanggan. Tenoss berperan penting dalam implementasi FTTH di STO Legok, karena untuk penginputan jalur dari teknologi FTTH pada perumahan Cluster Starling proses terminasinya dilakukan didalam aplikasi tenoss. Karena teknologi jaringan FTTH bisa dikatakan siap untuk dipasarkan apabila semua komponen yang ada sudah diterminasi dan diinput dengan tenos dan sudah dilakukan uji kelayakan pada setiap port yang ada di ODP, dan hasilnya pun sudah sesuai dengan standar dari PT.Telkom.