Perkembangan Internet dalam teknologi informasi berkembang dengan pesat seiring dengan pertumbuhan penggunanya. Demikian pula, tingkat kejahatan dalam teknologi informasi berbahaya baik bagi pengguna individu maupun organisasi. Berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menerima 2.259 laporan kasus kejahatan siber sepanjang Januari hingga September 2020. Tercatat, laporan soal penyebaran konten provokatif merupakan yang paling banyak dilaporkan yakni sebanyak 1.048 kasus. Selain itu, masyarakat juga melaporkan kejahatan siber lainnya sepert penipuan online, pornografi, akses ilegal, manipulasi data, pencurian data/identitas, dan sebagainya. Website XYZ sendiri pernah mengalami percobaan peretasan oleh beberapa akun spam yang berdampak baik itu bagi pengguna maupun website XYZ, selain itu website XYZ sendiri mengalami insiden berulang 1 sampai 2 case dalam rentang waktu 1 sampai 2 bulan. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut, maka dari itu dilakukan Vulnerability Assessment untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menentukan prioritas kerentanan sistem. Pada kasus ini menggunakan framework VAPT dan tools Nessus untuk melakuka vulnerability assessment dan menganalisa kerentanan yang terdapat pada website PT. XYZ. Berdasarkan hasil pengujian vulnerability assessment pada website XYZ, terdapat 9 kerentanan yang ditemukan pada website PT XYZ Kata Kunci : Vulnerability Assessment, Kejahatan Siber, Nessus, VAPT Framework