Rasio dokter di Indonesia tegolong sangat rendah. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Dengan adanya perkembangan teknologi, masyarakat dipermudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan dapat dilakukan secara jarak jauh. Penerapan teknologi Wireless Body Area Network merupakan salah satu wujud dari kemajuan teknologi. Namun, penerapan Wireless Body Area Network tidak dapat bekerja secara optimal pada kasus pasien yang banyak dikarenakan keterbatasan konektivitas, sehingga diperlukan beberapa Wireless Body Area Network yang dapat saling berkomunikasi dalam metode pengiriman pesannya yang disebut dengan konsep Body-to-Body Network. Maka dibuat perancangan alat pemantauan kesehatan dengan konsep Body-to-Body Network melalui perancangan dan realisasi prototype pemantauan kesehatan menggunakan ESP32. Konsep Body-to-Body Network dirancang menjadi prototype dan bekerja untuk mendeteksi nilai heart rate dan oxygen saturation menggunakan sensor MAX30102. Data sensor tersebut akan dikirimkan secara broadcast dengan metode multi-hop communication sehingga data sensor dari seluruh node dapat dibaca oleh root node. Pada pengujian pertama, diperoleh bahwa sensor MAX30102 dapat bekerja dan data sensor dapat dikirimkan secara broadcast dengan metode komunikasi multi-hop. Pengujian kedua menyimpulkan bahwa variasi jumlah node dan variasi pembentukan topologi pada setiap jaringan dapat membentuk Body-to-Body Network. Pengujian ketiga menghasilkan waktu proses pembentukan SSID memakan waktu selama 960-961 ms dan sinkronisasi jaringan memakan waktu selama 12-17 detik yang dipengaruhi oleh variasi node. Pengujian keempat mengukur performansi keseluruhan jaringan mesh dengan pengujian 3 variasi node, menghasilkan rata-rata total delay sebesar 24 ms, rata-rata total throughput sebesar 66792 bps, dan total packet loss sebesar 0%, sehingga menyimpulkan bahwa prototype alat dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan.