Startup memiliki dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mengembangkan startup dan kewirausahaan yang berkelanjutan, bisnis inkubator sering kali terlibat di dalamnya. Namun, kenyataannya startup memiliki tingkat kegagalan yang sangat tinggi di awal-awal pendiriannya, terutama di rentang tahun pertama hingga ketiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor kegagalan startup di Program Inkubasi Bisnis Bandung Techno Park (BTP IP) angkatan 2020 yang merupakan startup gagal terbanyak sejak BTP IP diselenggarakan.
Model SHELL digunakan untuk mempelajari faktor-faktor kegagalan yang merujuk pada penggunaan model dengan tujuan yang sama oleh berbagai penelitian sebelumnya. Paradigma interpretivisme dengan metode kualitatif digunakan untuk memahami rincian fenomena yang terjadi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan para pendiri startup yang mengalami kegagalan di satu sampai tiga tahun penderitaannya, yaitu sebanyak 3 orang dan program pengelola BTP IP yang bertanggung jawab dalam pembinaan startup sebanyak 2 orang. Sedangkan pengambilan data lainnya dilakukan dengan pengumpulan data sekunder.
Temuan mengungkapkan bahwa faktor-faktor kegagalan startup di BTP IP berdasarkan aspek model bisnis (software), yaitu kesalahan positioning dan pengembangan pelanggan. Kemudian berdasarkan aspek produk (hardware), yaitu kehilangan fokus pada produk, produk tidak andal, dan berkualitas rendah. Selanjutnya, berdasarkan aspek lingkungan, yaitu masalah politik/ekonomi/hukum yang berlaku. Lalu, berdasarkan aspek pelanggan (liveware costumer), yaitu sedikitnya pelanggan yang dimiliki. Terakhir, berdasarkan aspek organisasi (central liveware), yaitu manajemen yang kurang berpengalaman, tidak adanya eskalasi bisnis, organisasi yang buruk, masalah dengan tim, ketidaksesuaian para pendiri, dan pengembangan bisnis yang lebih rendah. Penelitian ini juga menawarkan solusi yang dapat dipertimbangkan startup dan BTP untuk terus meningkatkan pengembangan startup dan kewirausahaan.