Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah penduduk paling besar di dunia, hal ini berdasarkan hasil dari publikasi World Bank (2018), oleh karena itu membuat konsumsi beras di Indonesia juga semakin banyak. Kondisi geografis di Indonesia juga cukup mendukung dalam sector pertanian pangan berupa padi yang mampu tumbuh di sebagian besar wilayah Indonesia. Beras merupakan hasil pengolahan dari padi yang mempunyai sumber karbohidrat yang tinggi dibanding jenis pangan lainnya yaitu mencapai 360 kalori dalam 78,9 gram, oleh sebab itu tidak heran jika beras paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok (Pratama et al., 2019).
Dari hasil rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2015-2020, disebutkan bahwa ada tiga masalah pokok bangsa, dimana salah satunya adalah tentang ketergantungan dalam hal pangan. Pada tahun 2006, Food Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa dalam dimensi ketahanan pangan memiliki empat aspek, yaitu food availability, food access, utilization dan stability. disimpulkan bahwa ketahanan pangan pangan meliputi aspek (1) kecakupan dalam ketersediaan pangan, (2) keterjangkauan akses dalam pangan, (3) pemanfaatan pangan, dan (4) stabilitas harga pangan (Pratama et al., 2019). Salah satu upaya agar tujuan kecakupan dan ketersediaan beras tiap daerah terpenuhi maka dibutuhkan perencanaan dan manajemen persediaan yang terstruktur dan organisasi agar persediaan nasional terpenuhi. Persediaan dalam pengadaan pada kebutuhan beras nasional dapat dilakukan dengan melakukan pembelian gabah atau padi atau beras dengan melakukan pembelian atau pengadaan mengikuti standar yang telah diberikan oleh pemerintah (Wijayanti et al., 2011).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 tahun 2016, Pemerintah menunjuk BULOG sebagai salah satu BUMN yang bertanggung jawab dalam ketahanan pangan nasional. PERUM Bulog Cabang Semarang adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang logistik pangan. Perusahaan mempunyai banyak stakeholders yang mempengaruhi rantai pasoknya, sehingga mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kinerja rantai pasok perusahaan. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing diperlukan sebuah pengukuran kinerja yang dapat mendukung perusahaan dalam meningkatkan kinerja tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya peningkatan kinerja yang terkait didalam proses bisnis perusahaan dan juga pihak-pihak yang terkait dalam rantai pasok.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja Pengadaan Beras di Perum Bulog Cabang semarang, untuk mengetahui besarnya (%) kinerja perusahaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan ANP (Analytical Network Process). SCOR untuk mengidentifikasi proses yang terjadi pada rantai pasok perusahaan terutama pada bagian pengadaan beras, sehingga SCOR Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui aktivitas atau menggambarkan proses bisnis yang ada pada perusahaan. ANP digunakan untuk pembobotan pengukuran kinerja yang ada pada perusahaan. Menurut Hananto (2019), ANP dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan mengukur dan mensintesis banyak factor didalam hierarki atau jaringan. Metode ANP yang lebih fleksibel dapat diterapkan pada berbagai penelitian kualitatif, seperti pengambilan keputusan, peramalan (forecasting), evaluasi, pemetaan (mapping) perumusan strategi (strategizing).
Pada proses perancangan pengukuran kinerja pengadaan produk beras di Perum BULOG Cabang Semarang dengan menggunakan pendekatan metode SCOR dan ANP, menghasilkan metrik sejumlah 12 metrik. Pada metrik tersebut dikelompokkan berdasarkan pada atribut kinerja masing-masing. Atribut Reliability mempunyai 4 metrik, atribut Responsiveness mempunyai 3 metrik, atribut Cost mempunyai 3 metrik dan atribut Asset Management mempunyai 2 metrik.
Kata Kunci: Supply Chain Management, SCOR, ANP, Pengukuran Kinerja, Rantai Pasok