Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki keterbelakangan mental yang menyebabkan gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan IQ dibawah rata-rata dan kemampuan keterampilan sehari-hari yang rendah. Permasalahan yang terjadi pada anak tunagrahita adalah terkait masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas. Berdasarkan penelitian dari Universitas Liverpool dan WHO, menunjukkan bahwa anak tunagrahita memiliki risiko 4,6 kali lebih besar untuk menjadi korban kekerasan seksual daripada anak normal. Remaja tunagrahita memiliki pengetahuan yang rendah terkait konsep kesehatan reproduksi, relasi yang sehat, hingga melindungi diri dari kekerasan seksual. Oleh karena itu, anak perlu memperoleh pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi sebagai persiapan untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar anak tunagrahita di SLBN Kabupaten Tasikmalaya, menyatakan bahwa pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi di kelas belum cukup optimal dikarenakan cara penyampaian materi pembelajarannya kurang dimengerti anak dan media untuk membantu penyampaian materi belum ada. Oleh karena itu, dibutuhkan media yang dapat membantu penyampaian pembelajaran seperti dengan penggunaan smartphone. Salah satu metode pengajaran yang efektif dalam pengajaran kepada anak tunagrahita adalah dengan video modeling. Pendekatan ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan akademik, keterampilan hidup sehari-hari, dan keterampilan sosial anak tunagrahita. Pada penelitian ini menggunakan metode User Centered Design (UCD) dan diuji tingkat usability aplikasi menggunakan Quality in Use Integrated Measurement (QUIM). Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai rata-rata sebesar 85% yang berarti berkategori sangat baik dengan nilai rata-rata pada medium persona sebesar 90% dan low persona sebesar 77%. Hal tersebut berarti penggunaan aplikasi kesehatan reproduksi untuk anak tunagrahita telah memenuhi karakteristik pengguna.