Culture shock (gegar budaya) menjadi salah satu kondisi yang sering terjadi bagi mahasiswa rantau dimana perbedaan budaya membuat mahasiwa rantau mengalami hambatan dalam proses adapatasi dengan lingkungan baru mereka. Proses adaptasi ini tidak mudah dan dapat menimbulkan kerancuan karena sulit dalam memahami dan menerima nilai dari budaya lain disebabkan oleh adanya budaya baru. Intensitas komunikasi keluarga sangat penting dalam mendukung proses komunikasi hubungan yang efektif antara orang tua dan anak, khususnya mahasiswa perantauan yang berasal dari Medan di Universitas Telkom. Mahasiswa Telkom termasuk mahasiswa yang banyak perantauan dari luar pulau, penulis memfokuskan pada mahasiswa asal Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan intim antara manusia dan dunia dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil pada penelitian ini, bahwa berinteraksi dengan keluarga maupun dengan lingkungan sekitar dengan intensitas yang cukup dapat membantu dalam mengurangi culture shock (gegar budaya) yang terjadi terhadap mahasiswa rantau. Tahapan dalam culture shock (gegar budaya) terjadi dikarenakan mahasiswa yang berpindah tempat dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru dalam budaya yang berbeda.
Kata Kunci : Culture shock, Intensitas Komunikasi, Komunikasi Keluarga Jarak Jauh, Mahasiswa Rantau