Profesi pekerja seks sering kali dipandang sebelah mata dan menjadi sasaran diskriminasi dan stigma sosial. Hal ini mengakibatkan sulitnya bagi mereka untuk mengungkapkan pekerjaannya, terutama kepada keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi motif yang memengaruhi keputusan pekerja seks dalam mengungkapkan pekerjaannya dan mengetahu tahapan keterbukaan diri dalam menjalin hubungan dengan keluarga. Penelitian ini menggunakan pandangan fenomenologi dengan dua kerangka teoritis yaitu teori motif serta teori keterbukaan diri. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan paradigma interpretatif. Teknik pengumpulan data dan analisis data adalah dengan melakukan wawancara mendalam dengan para pekerja seks. Hasil penelitian menunjukan terdapat beberapa motif sebab keterbukaan diri yaitu perasaan terpaksa dan rasa takut, yang bertujuan untuk menghindari konflik keluarga. Kemudian pekerja seks harus melakukan pertimbangan risiko dan manfaat sebelum memutuskan untuk mengungkapkan informasi tentang pekerjaannya sebagai pekerja seks kepada keluarganya (pre-disclosure stage). Selanjutnya, pekerja seks harus mengungkapkan informasi tersebut dan menunggu tanggapan keluarga (disclosure stage). Tahapan terakhir pekerja seks mengalami perubahan hubungan interpersonal dengan keluarga dan adanya penerimaan diri (post-disclosure stage).