PT. Dirgantara Indonesia, sebagai salah satu perusahaan manufaktur aeronautika yang memiliki reputasi unggul di Indonesia, telah berhasil menghasilkan berbagai jenis pesawat yang mengesankan. Diantaranya adalah N219 Nurtanio, NC212 Family, CN235 Family, CN295, AS550, AS565 MBE, Superpuma family, dan Bell 412EP. Namun, keragaman pesawat yang dihasilkan juga mengimplikasikan variasi material yang dibutuhkan, yang memerlukan manajemen inventori yang efektif. Tantangan muncul ketika sejumlah material yang dibeli oleh PT. Dirgantara Indonesia ternyata disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama, yang akhirnya berdampak pada meningkatnya biaya inventori secara signifikan. Agar permasalahan ini dapat diatasi, diperlukan pendekatan manajemen inventori yang lebih cermat. Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi ABC dalam mengategorikan material berdasarkan nilai atau value-nya. Dalam konteks ini, material dibagi menjadi tiga kategori: kelas A (menyumbang 80% dari total nilai material), kelas B (menyumbang 15% dari total nilai material), dan kelas C (menyumbang 5% dari total nilai material). Metode Tchebycheff (1967) diterapkan sebagai pendekatan yang tepat karena data yang ada tidak mengikuti pola distribusi normal. Hasil analisis yang diperoleh dari metode ini menunjukkan potensi pengurangan signifikan dalam biaya inventori. Dengan menerapkan metode Tchebycheff (1967), PT. Dirgantara Indonesia berpotensi mengurangi biaya inventori hingga 46%, yaitu dari jumlah awal sekitar Rp 910.870.735 menjadi sekitar Rp 493.350.122. Penemuan ini memiliki potensi untuk memberikan arahan berharga dalam pengelolaan inventori di masa depan, membawa dampak positif dalam efisiensi manajemen inventori secara keseluruhan. Dengan demikian, langkah ini menjadi tonggak penting dalam perbaikan proses manajemen inventori yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan secara menyeluruh.