Perlunya mengedepankan asset asli dan beridentitas tinggi terhadap Kota Bandung dalam memperkuat ciri khas yang telah dihasilkan oleh sejarah yang ada melalui lembaga dokumenter yang sangat penting, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan sesuai keilmuan yang dapat selaras. Lalu memperkuat lembaga dokumenter yaitu Museum Sejarah kota Bandung sebagai sarana edukasi Kota Bandung agar mendukung city branding Kota Bandung sebagai kota yang terkenal akan budaya pengetahuan dan keilmuannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk gaya komunikasi Museum Sejarah Kota Bandung dalam mengupayakan lembaga dokumenter sebagai sarana edukasi bagi pengunjung dan juga masyarakat umum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan jenis studi kasus berdasarkan rumusan Robert K. Yin.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Museum Sejarah Kota Bandung membawakan gaya komunikasinya sendiri yang dapat kita ambil melalui program yang dibuat oleh museum tersebut, yaitu forum diskusi yang disebut “ngobrol di museum”. Dari acara tersebut dapat dirasakan gaya komunikasinya berbentuk non-formal yang bertujuan untuk membuat masyarakat lebih nyaman, lugas dan bebas. Forum diskusi ini dirangkai sebegitu mungkin untuk tidak terkesan kaku karena menurut pihak museum, museum bukan hanya sebuah Gudang untuk menyimpan benda-benda lama akan tetapi dapat dijadikan pusat kebudayaan yang salah satunya menggunakan bentuk gaya komunikasi bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang bagaimana dapat memberikan kenyamanan terhadap masyarakat yang nantinya bertujuan untuk menghasilkan komunikasi yang responsif.