Lagu menjadi sebuah hiburan bagi masyarakat dan mudah ditemui di dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki suara instrumen, musik memiliki suara vokal yang di sampaikan melalui kalimat-kalimat atau bisa disebut dengan lirik lagu. Dengan adanya lirik lagu, musisi bisa memberikan sebuah pesan untuk pendengarnya. Lagu juga bisa memberikan pesan kritik sosial seperti salah satu contohnya adalah band Kantata Takwa dengan lagunya yang berjudul “Kesaksian”. Adanya kritik sosial di dalam lagu “Kesaksian” menjadi sebuah tanda bahwa adanya ketidakberesan sosial yang terjadi pada masa lagu “Kesaksian” di rilis. Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough yang berfokus pada empat langkah metode analisis wacana kritis atau “four stages of social wrong” yang berfungsi untuk mendapatkan solusi dari hambatan-hambatan yang ada di dalam ketidakberesan sosial. Serta dengan tiga dimensi Norman Fairclough. Setelah peneliti menganalisis lirik lagu dengan tiga dimensi Norman Fairclough, dari dimensi teks peneliti menemukan bahwa pembuat teks mencoba untuk menggambarkan situasi yang terjadi dan apa yang dilihat dari pembuat teks dan menjadi saksi serta perwakilan kaum proletar, dari dimensi praktik diskursif peneliti menemukan bahwa adanya peran vital dari W.S Rendra yang merupakan penyair terkenal serta pembuat lirik “Kesaksian” dan Setiawan Djody yang merupakan pengusaha dan musisi yang menginisiasikan Kantata Takwa, dari dimensi praksis sosio-budaya, peneliti menemukan bahwa adanya hambatan dalam berekspresi pada masa orde baru serta adanya pengawasan media dari pemerintah Orde Baru dan adanya praktik KKN sehingga masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintah Orde Baru.
Kata Kunci : Lagu, Kritik Sosial, Kesaksian, Kantata Takwa, Pemerintah Orde Baru Analisis wacana kritis.