Seiring dengan perkembangan teknologi, kita bergantung pada listrik untuk
hampir semua aspek kehidupan kita. Namun, dengan meningkatnya permintaan
akan listrik, pembangkit listrik menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Salah satu tantangan utama adalah biaya operasional yang tinggi. Untuk menjaga
pembangkit listrik beroperasi, diperlukan biaya operasional yang signifikan untuk
menjalankan setiap generator. Semakin tinggi permintaan akan listrik, semakin
besar pula biaya yang harus ditanggung oleh operator pembangkit. Tak hanya itu,
pengoperasian pembangkit listrik yang konvensional juga berdampak pada
lingkungan. Emisi gas rumah kaca dan polusi udara dari pembakaran bahan bakar
fosil dapat merusak ekosistem dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam melakukan
pengomptimalan pembangkitan listrik Jawa-Madura-Bali.
Untuk melakukan pengompitamalan pembangkit listrik Jawa-Madura-Bali
menghasilkan hasil biaya operasional dan emisi yang terbaik yang memenuhi
permintaan daya digunakan sebuah algoritma Particle Swarm Optimization (PSO)
untuk melakukan optimalisasi. Algortima PSO ini digunakan untuk menghitung
Economic Dispatch, Emission Dispatch dan Combined Economic and Emission
Dispatch dari 42 pembangkit di Jawa Madura Bali (Jamali) dengan sistem
kelistrikan yang terdiri dari thermal dan pembangkit listrik tenaga air.
Setelah dilakukan pengujian dengan beberapa kasus, algoritma Particle
Swarm Optimization (PSO) berhasil melakukan pencarian biaya operasional
minimum (Economic Dispatch) pada kasus beban sebesar 8378,972 MW
didapatkan biaya operasional sebesar Rp 2,000,808,617. Kemudian pada saat
melakukan emisi paling minimum (Emission Dispatch) didapatkan emisi NO2
sebesar 116,256 kg/jam dan untuk melakukan optimasi Biaya Operasional dan
Emisi (Combined Economic Emission Dispatch) didapatkan sebesar Biaya
Operasional : Rp.2.751.082.882 dan Emisi NO2: 178.28 ton/jam.