Thalasemia merupakan penyakit kelainan genetik pada sel darah merah yang diturunkan oleh orang tua. Kelainan terjadi karena adanya gangguan pembentukan rantai globin alfa 2 atau beta. Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI) tahun 2018 memberitahukan bahwa dari semua daerah, Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi dengan angka Thalasemia terbesar di Indonesia, menyentuh angka 42 dari total penderita Thalasemia di Indonesia dengan kasus 500-600 setiap tahunnya. Sebagai respon terhadap hal ini, film menjadi media efektif dalam menyampaikan hal mengenai Thalasemia yang ada di Kabupaten Bandung. Film merupakan media yang menarik untuk menyampaikan pesan secara visual. Oleh karena itu, perancang menjadi penata kamera pada film dokumenter yang berjudul “Thalasemia: Donate Blood Save Lives” dengan tujuan menyampaikan pesan tentang pentingnya donor darah untuk penyintas Thalasemia. Dengan pengambilan beberapa shot yang diikuti oleh anak-anak penderita Thalasemia secara antusias di beberapa tempat seperti tempat donor darah, acara peringatan hari Thalasemia dunia, dan kegiatan mental healing yang dilakukan di RSUD Majalaya membuat pengambilan gambar dengan menggunakan aperture ¼ dan iso 200-400 dikarenakan kebanyakan pengambilan gambar dilakukan diluar ruangan, dengan menggunakan cahaya natural yang berasal dari matahari ataupun dari ruangan tanpa ada lighting tambahan. Pengambilan gambar yang memakai sudut pandang eye level menjadikan pengambilan ekspresi menjadi lebih emosional. Pengambilan gambar di RSUD diambil menggunakan hp karena ada kebijakan yang tidak memperbolehkan mengambil gambar atau video tanpa izin dari rumah sakit atau wali pasien. Melalui media film diharapkan pesan tentang pentingnya donor darah dan informasi mengenai Thalasemia dapat tersampaikan dengan cara yang edukatif, khususnya kepada remaja akhir yang ada di Kabupaten Bandung