Perkembangan teknologi merevolusi beragam aspek termasuk layanan keuangan yang melahirkan fintech. Transaksi dan akses layanan keuangan lebih mudah dengan fintech. Di Indonesia fintech berkembang pesat dengan produk paling populer digunakan adalah e-wallet. Perkembangan teknologi dapat menimbulkan dampak negatif seperti technostress yang mampu mempengaruhi perilaku pengguna. Pangsa pasar terbesar e-wallet dipegang OVO pada 2021, namun ada berita keluhan pengguna terhadap layanan OVO, sehingga pada 2022 rating-nya pun menurun. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh technostress yang dituangkan pengguna dalam ulasan di Google Play Store. Penelitian bertujuan mengidentifikasi aspek yang relevan dengan data hasil scraping, mengimplementasikan ABSA dengan naïve bayes dengan aspek yang telah diidentifikasi, mengidentifikasi penyebab technostress yang dialami pengguna OVO dengan menggunakan ABSA. Aspek yang diteliti berdasarkan hasil topic modelling dengan LDA menghasilkan 5 cluster dengan 4 topik yaitu fitur, akses, pelayanan dan keamanan. Pada sentimen analisis general ditemukan split data dengan rasio 70:30 memiliki akurasi tertinggi dengan 94,3% untuk TF-IDF dan 95,25% untuk BoW dibanding 75:25 dan 80:20. Model dengan BoW lebih unggul dibanding TF-IDF pada akurasi dan kualitas prediksi. Akurasi model dengan BoW pada aspek fitur 93,77%, akses 89,48%, pelayanan 86,84% dan keamanan 94,54%, sementara itu, model dengan TF-IDF pada aspek fitur 94,33%, akses 92,04%, layanan 80.19% dan keamanan 89,69%. Model tidak terindikasi overfitting setelah pengujian, evaluasi model dengan confusion matrix menunjukan model dengan TF-IDF kesulitan dalam memprediksi ulasan positif. Penyebab technostress pengguna OVO pada aspek fitur ada pada transfer, aspek akses utamanya pada proses login, pada layanan kualitas dari pelayanan dari customer service, pengguna puas dengan keamanan.