Smart grid memiliki permintaan yang lebih tinggi pada latensi dan stabilitas transmisi data jaringan listrik, yang merupakan tantangan besar bagi teknologi komunikasi jaringan listrik yang ada. Sistem smart grid menjadi terbuka dengan operator bahkan pengguna, maka untuk memastikan komunikasi yang efisien untuk berbagi informasi di seluruh sistem smart grid, dirancanglah konsep Named Data Network (NDN) untuk sistem smart grid. NDN memiliki kemampuan caching jaringan untuk menyimpan paket respon, dengan cara ini, jika pengguna meminta data berulang, mereka dapat diperoleh dari Content Store (CS) yang sesuai di tempat terdekat, tanpa harus mengakses terminal, sehingga mengurangi lalu lintas jaringan dan mengurangi risiko kemacetan jaringan.
Dikarenakan sistem smart grid yang digunakan saat ini masih menggunakan TCP/IP dimana konsep ini memiliki kelemahan dalam pengiriman dan penerimaan paket data. Oleh karena itu, solusi yang dapat diusulkan adalah mengimplementasikan konsep NDN. Dimana, dalam implementasiannya menerapkan strategi forwarding yaitu best route dan client control, serta strategi caching yaitu Least Recently Used (LRU) dan First In First Out (FIFO). Penerapan strategi sistem tersebut didukung menggunakan topologi jaringan NDN yang didasarkan pada IEEE-39. Kemudian, dianalisis strategi mana yang terbaik terhadap forwarding dan caching pada NDN untuk diterapkan pada sistem smart grid.
Penulis melakukan evaluasi kinerja jaringan dengan memperhatikan parameter seperti Delay, Cache Hit Ratio, Packet Drop, dan Satisfied Interest Ratio. Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh dari masing-masing model secara keseluruhan, perubahan ukuran content store: Pada pengujian terhadap delay strategi sistem Client Control-LRU mendapat delay terendah dibanding strategi lain, yaitu sebesar 29,37 ms, 15,85 ms, dan 5,19 ms. Untuk hit ratio, sistem Client Control-FIFO mendapat persentase hit ratio dengan kenaikan tertinggi mencapai angka 21,527%, 33,554%, dan 55,3%. Pengujian paket drop didapat penurunan paket drop terendah pada Client Control-LRU sebanyak 12655, 4821, dan 0. Pada pengujian satisfied interest ratio, Client Control-LRU mendapat kenaikan persentase tertinggi sebesar 99,58%, 99,96%, dan 99,98%. Pada kondisi perubahan frekuensi interest: Pada pengujian terhadap delay strategi sistem Client Control-LRU mendapat delay terendah dibanding strategi lain, yaitu sebesar 38,01 ms, 33,26 ms, 26,22 ms, dan 26,01 ms. Untuk hit ratio, sistem Client Control-FIFO mendapat persentase hit ratio dengan kenaikan tertinggi mencapai angka 17,909%, 19,058%, 21,517% dan 22,928%. Pengujian paket drop didapat kenaikan paket drop terendah pada Client Control-LRU sebanyak 3278, 8682, 12655, dan 15824. Pada pengujian satisfied interest ratio, Client Control-LRU mendapat kenaikan persentase tertinggi sebesar 99,2081%, 99,4131%, 99,58%, dan 99,686%. Dari data yang diperoleh penulis dapat disimpulkan bahwa sistem Client Control-LRU merupakan pilihan yang lebih baik untuk diimplementasikan pada sistem komunikasi smart grid dibandingkan dengan sistem lainnya. Dengan kata lain, metode penggantian cache LRU lebih unggul daripada metode penggantian cache FIFO. Sedangkan selisih perbandingan metode forwarding setiap sistem yang didapat tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena metode forwarding yang penulis gunakan memiliki algoritma penentuan rute yang sama.