Indonesia merupakan negara dengan kekayaan budaya yang sangat melimpah dan beragam, termasuk dalam segi agama, suku, dan ras. Keberagaman ini merupakan sumber daya besar yang mempersatukan negara, namun juga dapat menimbulkan konflik, seperti konflik antaragama. Konflik di Maluku pada tahun 1999, misalnya, menyebabkan banyak kerugian, sementara adanya konflik dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya konflik yang besar. Film dapat menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan-pesan toleransi antaragama, seperti yang diwujudkan dalam film "Cahaya dari Timur Beta Maluku". Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi toleransi antaragama dalam film tersebut, menggunakan metode telaah semiotika Roland Barthes. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi massa, konsep toleransi, film, dan juga semiotika menurut Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi antaragama dan penghormatan terhadap keyakinan orang lain sangat penting dalam mengatasi stereotip dan prasangka. Mitos, sebagai cara masyarakat menyimbolkan dan merespon perbedaan, juga berperan dalam bagaimana individu dan kelompok berinteraksi dalam masyarakat. Oleh karena itu, memperlakukan setiap individu dengan adil dan memberi pengakuan yang layak terhadap kemampuan dan kontribusi mereka, tanpa memandang latar belakang agama atau identitas lainnya, sangatlah penting.
Kata Kunci: Toleransi, Agama, Film, Semiotika Roland Barthes