Pentingnya keterbukaan diri pada remaja adalah agar remaja dapat berkomunikasi dengan baik dan membina hubungan harmonis di lingkungannya. Tanpa melibatkan keterbukaan diri, maka seorang remaja dapat menerima respon sosial yang kurang baik dan akan mempengaruhi perkembangan fungsinya identitas dirinya. Faktor besar suksesnya keterbukaan diri pada remaja adalah keluarga, dimana komunikasi orang tua dengan anak menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk keterbukaan diri pada remaja. Fenomena pembentukan diri remaja yang tertutup pada saat ini diketahui umumnya karena komunikasi keluarga yang terjalin kurang baik salah satunya adalah komunikasi keluarga protektif, yang ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari komunikasi keluarga protektif terhadap keterbukaan diri remaja akhir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan populasi siswa SMAS Regina Pacis Kota Bogor yakni sebanyak 954 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan total sampel sebanyak 225 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan pengujian hipotesis parsial. Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi keluarga protektif memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap keterbukaan diri remaja akhir pada siswa/i SMAS Regina Pacis Kota Bogor. Dimana ketika komunikasi keluarga protektif semakin meningkat maka keterbukaan diri remaja akhir akan menurun. Saran penelitian adalah orang tua perlu memperhatikan orientasi percakapan dan konformitas di dalam komunikasi keluarga seperti halnya memperbanyak jalinan komunikasi dengan anak, menanyakan pendapat anak, memberi kesempatan anak untuk memilih sesuatu, mendorong keinginan anak yang positif serta melibatkan anak dalam problem solving agar menciptakan keterbukaan diri yang baik pada remaja kelompok akhir.
Kata Kunci: Keterbukaan Diri Remaja, Komunikasi Keluarga, Protekti