Indonesia tengah menghadapi fenomena generasi sandwich yang memiliki peran ganda dalam urusan finansial secara signifikan pada tiga generasi sekaligus. Berdasarkan pengolahan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2022 terdapat 8,4 juta penduduk Indonesia (62,71%) tergolong generasi sandwich. Fenomena ini direpresentasikan melalui karya film “Cinta Pertama, Kedua, dan Ketiga” berdasarkan kisah nyata yang disutradarai oleh Gina S. Noer.
Penelitian ini menggunakan metode Semiotika Charles Sanders Peirce yang berfokus pada analisis trikotomi tanda yang meliputi representamen, objek, dan interpretan. Masing-masing ketiga unsur tersebut memiliki tiga turunan, seperti representamen memiliki turunan bagian qualisign, sinsign, dan legisign. Objek memiliki turunan bagian icon, index, dan symbol. Interpretan memiliki turunan bagian rheme, dicisign, dan argument yang digunakan untuk menggambarkan aspek yang berbeda berdasarkan dimensi yang lebih spesifik terhadap elemen triadik tersebut.
Hasil penelitian menunjukan bagaimana individu memberikan makna pada pengalaman bermasyarakat dengan menggunakan tiga dimensi Teori Konstruksi Realitas Sosial (Peter L. Berger), yakni eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi, yang tercermin dalam film sebagai representasi realitas sosial, membantu peneliti memahami kompleksitas kehidupan generasi sandwich dalam konteks keluarga Indonesia. Oleh karena itu, fenomena generasi sandwich perlu adanya kesadaran prioritas untuk memutus rantai generasi sandwich yang dapat merusak generasi selanjutnya. Rantai generasi sandwich dapat diputus dengan mengimplementasikan pengaturan batas hidup, berperan sebagai entrepreneur, dan meningkatkan kesadaran pendidikan untuk mengubah budaya yang bersifat toxic.
Kata Kunci: Generasi Sandwich, Film, Semiotika