Penelitian ini mengeksplorasi keberagaman budaya di Indonesia, terutama di Kecamatan Andir, Kota Bandung, yang dihuni oleh populasi etnis Tionghoa. Fokus studi kasus adalah pecinan di Kecamatan Andir, di mana upaya city branding sebelumnya belum sepenuhnya mencerminkan identitas sejati daerah tersebut. Program mitigasi iklim dan revitalisasi ruas jalan, terutama Jalan Kelenteng dan Jalan Vihara, memberikan peluang untuk merancang identitas visual melalui film etnografi. Film etnografi dipilih sebagai medium city branding karena mampu menyampaikan nuansa lokal, menonjolkan toleransi, kekayaan budaya, dan konteks sehari-hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Participatory Learning and Action (PLA) dan Affinity Mapping. Melalui PLA, penelitian ini mencoba memahami konteks lokal Kecamatan Andir melibatkan observasi dan wawancara. Affinity Mapping digunakan untuk mengorganisir isu-isu yang muncul selama PLA dan membimbing pembuatan film etnografi. Hasilnya menciptakan film yang mencerminkan isu-isu lokal dan memastikan representasi yang autentik. Perancangan film etnografi sebagai alat pembentukan identitas visual di Kecamatan Andir melibatkan pengumpulan data melalui PLA yang melibatkan komunitas lokal, dengan isu-isu lokal diorganisir melalui Affinity Mapping, membimbing produksi film etnografi. Pilihan film etnografi memungkinkan audiens untuk menginterpretasikan identitas Andir dan praktik toleransi tanpa pengaruh nilai yang terlalu besar.