Sampah merupakan masalah yang seiring bertambah. Sampah yang terus
bertambah akan menyebabkan penumpukan yang dapat mengakibatkan banjir dan
menurunkan kualitas kesehatan masyarakat sekitar. Jumlah sampah organik yang
masuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sangat tinggi. Salah satu penyebabnya
adalah pengolahan yang kurang. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) mencatat bahwa komposisi sampah didominasi oleh sampah organik
yaitu sekitar 60% dari total sampah yang dihasilkan. Jumlah tersebut tentu tidak
sedikit. Maka dari itu penting bagi kita untuk mengolah sampah organik. Proses
pembuatan pupuk organik cair dimulai dari pencampuran semua bahan dengan
penambahan cairan bakteri pengurai yang dapat membantu mempercepat proses
pembuatan pupuk organik cair. Pembangunan sistem monitoring ini bertujuan
untuk dapat memantau kelembaban dan suhu di dalam reaktor pupuk organik cair,
dan memberikan kemudahan dalam pengecekan. Dengan adanya sistem
monitoring pupuk organik cair ini, memungkinkan pengguna untuk memantau
proses pembuatan pupuk organik cair tanpa harus melihatnya langsung
kelapangan. Untuk memudahkan proses monitoring tadi memerlukan Internet of
Things (IoT). Maka dirancang sebuah alat untuk menjaga proses dekomposisi,
sistem ini melibatkan penggunaan mikrokontroler, sensor, dan koneksi nirkabel
untuk menghubungkan reaktor pupuk organik cair dengan jaringan Internet.
Mikrokontroler seperti NodeMCU ESP8266 digunakan sebagai otak sistem, yang
bertugas mengumpulkan data dari berbagai sensor yang terpasang dan dilengkapi
dengan penyemprot air dengan durasi waktu yang dapat dikontrol melalui aplikasi
blynk. Hasil pengontrolan dan monitoring ditampilkan melalui layar LCD dan
juga dapat diakses melalui aplikasi blynk. Dari hasil penelitian yang sudah
mahasiswa lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem monitoring pupuk
organik cair dapat bekerja dengan sesuai harapan.
Kata Kunci: Pupuk Organik, Sistem Monitoring, IoT, Suhu, Kelembapan